عَن أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قال كلُّ ذنوبٍ يؤخِرُ اللهُ منها ما شاءَ إلى يومِ القيامةِ إلَّا البَغيَ وعقوقَ الوالدَينِ أو قطيعةَ الرَّحمِ يُعجِلُ لصاحبِها في الدُّنيا قبلَ المَوتِ Kita harus bener2 memisahkan, mana yang merupakan kepentingan publik, dimana kita harus ikut berkomentar disitu. Dan mana masalah prifat, yang kita tidak ada kepentingan untuk menghakiminya. Ada ranah yang seperti itu. Tetapi ketika misalnya muncul kasus yang seperti ini, kasus ini bener2 blur, kita kesulitan membedakan kasus ini prifat atau publik. Kita mulai harus berfikir ulang tentang, bahwa kita punya aib , dan gak mau aib kita terbongkar. Kalau misalnya aib kita terbongkar, kita harus introspeksi bahwa ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. Mungkin kita ngeduluin ngebongkar aib orang lain, padahal itu bukan ranah kita dan sebagainya, sehingga kita mendapatkan (karma)nya. Mungkin kan? seperti itu? Cara terbaik untuk agar aib kita tida