Nama itu tidak hanya menunjukkan cita2 orang tua, kepada anak2 yang diberinya nama. Tetapi nama itu adalah bagian dari unsur kebudayaan, yang bisa membuat kita meneropong, apa yang terjadi pada masyarakat itu. Apakah itu sintesis antar unsur2 kebudayaan, apakah bahkan mungkin agresi kebudayaan lain pada masyarakat setempat.
Joel C Kuipers Telah mengumpulkan 3.7juta nama dalam satu abad di Indonesia yang menjadi bukti adanya pergeseran nama JAWA merosot, tajam tergantikan nama2 arab, atau campuran ARAB
Sejak kemunculan pertama kalinya, masyarakat arab itu sudah menghadapi masalah yang sangat pelik. Yaitu mana yang merupakan budaya arab, dan mana yang merupakan nilai2 dasar islam. Pemisahan ini memang faktanya sulit untuk dilakukan, karena memang faktanya islam berkembang dan lahir di tradisi arab jahiliyah, pada waktu itu. Dan bagaimanapun ada unsur2 budaya arab yang bisa masuk ke nilai2 islam. Nah tetapi pemisahan antara nilai islam dan budaya arab harus segera kita lakukan. Dan itu urgent, Karena arab yang dimaksud itu adalah arab jahiliyah. Kan awal mula islam itu muncul di tengah2 arab jahiliyah. Jadi kalau kita tidak bisa memilahnya, maka dampaknya kita akan bisa melihat islam itu, islam yang jahiliyah, atau nilai2 islam itu terkesan sebagai islami. Dan ini juga bisa terlihat dari sejarah peradaban islam secara keseluruhan.
Dalam praktek sehari2, ada kecenderungan umat islam yang mencampuradukkan antara islam sebagai ajaran, dan islam sebagai produk politik kekuasaan, dan islam sebagai manifestasi produk kebudayaan arab. Ajaran dijadikan sebagai budaya, sementara budaya itu ajaran/doktrin islam itu sendiri.
Sumanto Al Qurthubi
Orang2 persia, orang2 mesir, itu hampir tidak bisa memisahkan antara budaya arab dan tradisi islam. Sehingga banyak nilai2 tradisi yang mereka miliki itu hilang sama sekali, tergantikan oleh budaya arab. Dan disisi lain, budaya arab juga jadi semakin agresif, dulu orang2 arab itu dalam kebudayaan sangat introvert, mereka resisten terhadap budaya2 lain, bahkan mereka selalu iri terhadap peradaban2 yang lain. Tetapi setelah memasuki masa islam, mereka jadi semakin agresif, dan menganggap budaya arab itu kebudayaan yang sangat islami. Sehingga mereka melakukan agresi kebudayaan, terhadap hampir wilayah yang dikuasainya.
Hampir 100% nama2 islami itu adalah nama2 arab, padahal nama islami itu sangat berbeda secara konseptual dengan nama2 arab. Nama2 arab itu, nama yang berbahasa arab, apapun maknanya. Sedangkan nama islami itu adalah nama yang wajib baik, apapun bahasanya. Di Indonesia dikenal bahwa nama umayyah itu islami, sedangkan nama budi itu tidak islami. Padahal faktanya sebaliknya, nama umayyah itu nama arab. Padahal tidak islami, karena artinya adalah orang yang mengidap penyakit kuning. Jadi itu sama sekali tidak islami walaupun itu namanya arab. Sedangkan budi, itu namanya sangat2 islami. Karena walaupun bukan arab, tetapi artinya sangat baik.
Inilah contoh2 yang sangat kuat, terhadap pendomplengan budaya arab, terhadap nilai2 islam. Sehingga ini juga akan menghianati beberapa nilai2 asli dalam ajaran islam. Misalkan begini, ada mualaf, itu dia dituntut untuk mengganti namanya menjadi nama arab. Misalkan Deddy Corbuzier, harus diganti ada arab2nya. Ketika nabi Muhammad berdakwah, hampir ada 125ribu orang yang masuk agama islam. Hampir tidak ada yang diubah namanya gara2 dia pindah agama. Yang diganti namanya memang ada, tetapi nama itu yang terkait dengan hal2 yang berbau kemusyrikan. Misalkan ada orang yang bernama Abdus Syams, diganti misalkan dengan Abdul Ghofur. Atau diganti dengan Abdurrahman dan sebagainya.
Tidak ada satu keterangan pun baik di dalam Al Quran maupun di dalam As Sunnah, yang mewajibkan umat islam menamakan anak2nya dengan nama arab. Anjuran Nabi yang tercatat di dalam hadits, mengindikasikan bahwa nama yang kita berikan, untuk anak itu harus mengandung arti baik.
Ustadz Ahong
BincangSyari'ah.com
Maka pada prinsipnya orang islam itu selalu menganggap bahwa nama itu dari bahasa apapun itu baik. Salman al farisi itu adalah nama seorang majusi, tetapi dia tidak diganti namanya. Umar itu adalah nama orang musyrik, tetapi tidak diganti namanya ketika dia memeluk agama islam. TETAPI setelah perkembangan zaman, ketika ada orang yang mualaf, dia dipaksa untuk mengikuti bahasa arab, atau namanya diganti dengan nama arab. Bahkan ada artikel yang menyebutkan bahwa nama yang di luar nama arab itu makruh. Nah ini adalah wujud dari penetrasi budaya arab, yang masuk ke dalam/ mendompleng dalam nilai2 tradisi islam.
Dalam perebutan kekuasaan, masyarakat pada zamanya secara bertahap akan menjadi kosmopolitan, kesederhanaan arab kuno serta martabat, kedudukan dan prestise lenyap. Persia dan turki, mulai menggantikan orang arab di banyak bidang, untuk membawa kejayaan setidaknya pada masa abbassiyah.
SF. MAHMUD, A Short History of Islam.
Nah sekarang setelah melihat betapa agresifnya budaya2 arab, sekarang mari kita membayangkan bagaimana seandainya mereka berbenturan dengan budaya jawa. Tetapi yang harus kita fahami adalah budaya jawa itu bukan budaya yang seneng main bentur2an. BUDAYA jawa itu adalah budaya yang menelan bulat2 tanpa disadari. Misalkan di masa lampau, ketika orang2 jawa itu kedatangan orang2 india, yang menyebarkan agama hindu, mereka serta merta menyerap semua kebudayaan dan unsur2 budaya India. Kalau misalkan baraya mengetahui raja2 jawa generasi awal, itu namanya 100% INDIA, misalkan
- Sanjaya
- Balaputradewa
- Samara Grawira
- Samara Tungga
Itu namanya bener2 nama India, tidak nampak sama sekali nama Jawa disitu. Tetapi pada generasi berikutnya, namanya sudah mulai berubah, atau agak muncul nama jawanya. Empu Sindok, ken Arok, pada masa2 berikutnya, nama2 India itu sudah habis sama sekali. Berganti menjadi Hayam Wuruk, Mahisa wong Ateleng, dan lain sebagainya. Yang menunjukkan bahwa orang2 jawa itu tidak pernah kehilangan budayanya, tetapi mereka juga tidak menolak budaya lain.
Komentar
Posting Komentar