Dalam teori manajemen yang paling dasar, paling standar, orang berkumpul dalam satu tempat, itu karena beberapa alasan.
- Karena ada kebutuhan finansial, seperti buruh pabrik yang bersatu, mereka tidak memiliki idealisme, tidak memiliki apapun selain membutuhkan alas pemuas kebutuhan.
- Ada orang yang berkumpul gara2 chemistry, kesamaan kedekatan
- Dan ada yang berkumpul karena idealisme atau ideologi.
Jika ketiga hal itu ada, segala motif untuk berkumpul itu ada. Biasanya justru ketika semua motif ada disitu, itu orang2 jadi terlena sama kedekatan.
Musik yang penulisnya pingin melampiaskan kegelisahanya pada orang, itu aslinya tidak akan laku. Karena itu subjektif, jadi asli dari diri sendiri disampaikan kepada orang lain. Sedangkan orang lain kan spesifik gitu. Gak ada orang punya pengalaman yang sepenuhnya sama. Makanya kalau mau laku, kita harus cari pengalaman2 yang secara umum terjadi. Misalkan cinta yang dikhianati... kan secara umum terjadi kan?
Sebenarnya karya itu ingin mengaktualisasikan apa yang ada di benak kita. Bisa keluar jadi legasi kita. Tapi ketika keluar menjadi publish itu benar2 menjadi milik publik. Jadi kita seringkali tidak memilikinya karena
- dinilainya sama orang lain.
- dikasih rate sama orang lain
- dihargai sama orang lain
- nanti kalau laku misalnya kan, didownload sama orang lain
dan akhirnya yang kita punya band, untuk kreasi sendiri untuk keinginan sendiri, pada akhirnya akan didekte oleh pasar. Ya begitulah itu dilema seni di zaman modern.
Zaman semakin personalisasi, jadi sekarang kategori2 menjadi semakin kecil, menjadi semakin banyak. Karena setiap orang itu menjadi semakin unik, dan ingin dipahami sebagai sesuatu yang unik.
Komentar
Posting Komentar