Langsung ke konten utama

Budaya Arab dan Islam | Catatan Guru Gembul 303

Baraya, apa yang dimaksud dengan BUDAYA, Budaya itu adalah hasil cipta karya karsa satu masyarakat tertentu, yang membuatnya berbeda dengan masyarakat yang lain. Budaya kita kenal ke dalam unsur2 kebudayaan yang kita ketahui misalkan 

  • SISTEM BAHASA
  • SISTEM TEOLOGI/Kepercayaan
  • SISTEM kekerabatan dan sebagainya.



Dan dari semua itu, kita juga membaginya menjadi dua yaitu 

  • wujud2 kebudayaan yang nampak, seperti pakaian adat, makanan tradisional dan sebagainya. 
  • Dan wujud2 yang tidak nampak yang bisa kita lihat dari social fact dan mantifact. 

 

Nah di negara2 yang bekas terjajah, seperti negara di asia dan afrika, orang2 banyak yang salah FOKUS, banyak yang mempertahankan budaya yang NAMPAK, tetapi mengabaikan tradisi atau kebudayaan yang TIDAK NAMPAK. 

Misalkan: TARI JAIPONG, kita bingung, apakah Tari Jaipong Mesti dilestarikan atau enggak? tergusur oleh zaman dan sebagainya. Padahal itu bukan menjadi satu masalah besar. Kalaupun itu PUNAH atau dipunahkan, itu sama sekali tidak akan mengubah karakteristik bangsa. SAMA seperti orang2 jepang yang sengaja menghapuskan budaya SAMURAI. Ya itu gak jadi masalah. Karena yang paling penting itu adalah semangat BUSHIDO nya. Jadi semangat itu, atau mantifact yang ada di otak itu, di dalam benak itu, itu yang harus lebih dilestarikan untuk berhadapan dengan tantangan yang lebih modern. Nah TETAPI di sisi lain yang terkait dengan mantifact dan sosiofact bukan juga harus lestari selamanya, adakalanya kita memang harus mengubah itu. Kenapa? karena budaya itu adalah hasil dari gubahan manusia, atau gubahan masyarakat yang diciptakan ketika harus berhadapan dengan satu kesempatan atau satu tantangan tertentu.

 

Jadi misal, kita berbicara tentang tradisi, atau budaya masyarakat arab. Budaya masyarakat arab itu sangat keras, kenapa seperti itu? karena berhadapan dengan tantangan alam yang juga sangat keras. Di arab, pada zaman kuno itu, sumber daya sangat sedikit. Perang menjadi mudah terjadi dan tingkat kematian menjadi sangat tinggi, sangat signifikan. Jadi Budaya disana itu budaya cepat mengambil keputusan, tetapi tidak terbiasa untuk berpikir secara mendalam. TIDAK HARUS disalahkan, karena budaya itu tidak ada yang jelek. Yang terjadi adalah budaya itu muncul ketika berhadapan dengan tantangan alam pada waktu itu.

Masyarakat Arab kuno, hidup dengan tantangan alam yang sangat kuat. Mereka berebut sumber daya alam yang sangat sedikit setiap saat. Ini mendorong mereka untuk mengembangkan  budaya pikir yang instan dalam mengambil keputusan dan inisiatif, tetapi tidak berdasarkan pertimbangan yang terlalu dalam.

Nah tetapi, banyak sekali wujud2 kebudayaan di daerah itu,  itu yang ternyata berbenturan dengan sistem teologi tertentu. Di dalam hal ini adalah agama islam. Bahkan tradisi atau budaya arab itu banyak sekali "yang merusak" agama islam. Lah kok seperti itu? bagaimana ceritanya agama islam yang lahirnya di arab, kok malah bertentangan dengan tradisi dan budaya arab? 

Iya... kalau kita memahami agama sebagai wahyu ilahi, maka wajar saja, kalau berbeda dengan tradisi / kebudayaan masyarakat. BAHKAN ini juga menjadi sebuah argumentasi bahwa ternyata, agama islam yang lahir dari arab, itu ternyata berbeda dengan tradisi masyarakat yang ada di sana. TETAPI kalau baraya ingin lebih ngejlimet lagi, kita bahas pada episode ini. Ayo kita mulai...


--


Baraya, di suatu waktu belajar itu harus sesuai dengan MINAT dan BAKAT. Tetapi di lain waktu, saya justru mengatakan bahwa belajar itu tidak harus sesuai dengan MINAT. Kita harus keluar dari minat itu, agar hati kita menjadi tidak beku. Dua pernyataan itu nampak sangat bertentangan, kok bisa nampak sangat bertentangan seperti itu? Sebenarnya itu tidak bertentangan, konteks yang membuatnya nampak sangat bertentangan.

Jika seseorang tahu, apa yang dia ingin tahu. MAKA hatinya akan beku. 

DUA pernyataan itu nampak sangat bertentangan, kok bisa sangat bertentangan seperti itu? Sebenarnya itu tidak bertentangan. Itu hanya konteks yang membuatnya nampak sangat bertentangan. Ketika saya mengatakan bahwa belajar itu harus sesuai dengan minat dan bakat. Maka itu dalam sudut pandang KOGNISI. TETAPI ketika saya mengatakan belajar itu bukan hanya ingin mengetahui apa yang kita ketahui, tetapi harus mengetahui apa yang orang lain ingin sampaikan kepada kita. Maka itu bukan lagi pada ranah kognisi, TETAPI itu adalah perspektif (sudut pandang) agar ketika kita berhadapan dengan KONTROVERSI, perdebatan, dan sebagainya kita tidak melihat dalam satu perdebatan saja. 

 

BUKU FORMASI NALAR ARAB

 

MAKA dari situ, jelaslah bahwa TEKS itu tidak bisa mengakomodasi konteks. Nah tetapi masyarakat arab tidak terbiasa dengan kondisi yang seperti ini, masyarakat arab jahiliyah. Mereka selalu menekankan bahwa teks itu adalah sarana terbaik untuk bisa memahami segala sesuatu. KARENA APA? karena masyarakat arab itu membutuhkan sebuah keputusan yang cepat, dan akurat, tetapi tidak membutuhkan keputusan2 yang didasarkan pada pemikiran yang mendalam, karena mereka tidak membutuhkan itu. MAKA dengan kondisi yang seperti ini, corak agama islam itu sebenarnya sempat terkerangkeng, sempat terkungkung oleh teks2 yang semacam itu. Untunglah ketika islam kemudian berkembang ke segala arah, ke romawi, ke persia, ke india dan sebagainya. Maka bangsa2 itu memberikan sumbangan bagaimana cara beragama dengan non-tekstual. Maka kemudian muncullah ushul fiqh. Kan ushul fiqh itu dapat pengaruh dari sisi LOGISME YUNANI kan. Kemudian muncullah maslahah mursalah di dalam ushul fiqh itu, kemudian muncullah qiyas, kemudian maqoshid asy syari'ah. Kemudian banyak lah, hal2 yang semacam itu, dan ketika islam didekati dengan pendekatan yang sangat beragam itu, maka islam mencapai puncak kejayaanya. 

 

Ashobiyah
.

NAH tetapi ketika budaya arab, menguat dalam salah satu sisi. Dan budaya persia dan india juga menguat dalam ruang lingkup agama islam. Maka muncullah etno-sentrisme, muncullah ashobiyah. Muncullah kebanggaan masing2, bahwa pendekatan yang kami bawa ini lebih baik. Maka.. metode2 dalam memahami teks itu malah dijadikan sebagai acuan untuk mengkafirkan atau menganggap sesat, menganggap zindiq pihak yang lain. MISALKAN orang2 yang menggunakan pendekatan bayani, itu akan menyalahkan yang menggunakan pendekatan burhani. Atau yang irfani, itu akan melecehkan orang2 yang melakukan pendekatan yang isyari. Dan lain sebagainya.. muncul hal2 yang semacam itu. Nah TETAPI yang harus saya tekankan adalah bahwa kalau kita bener2 menggunakan teks, maka akan terlalu banyak teks2 agama ini yang saling bertentangan. Karena konteks nya lain. Misalkan begini baraya, dalam satu kalimat, 

Alloh berfirman...

 

Dialah yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, Tidak ada yang serupa denganNya. 

 

Nah sebenarnya kalau kita melihat ini dalam pendekatan teks, maka ini akan saling bertentangan, ini akan melahirkan kontradiksi. Bagaimana ceritanya kita sebutkan... TIDAK ada yang serupa denganya kemudian kita menyerupakan dengan yang melihat dan mendengar. Tapi kan melihat dan mendengar itu penyerupaan. Atau misalkan dalil yang lain, dalam dua keterangan yang berbeda, Misalkan disebutkan Alloh istiwa di atas arys yang berada di langit ke tujuh. Tetapi di ayat yang lain, Alloh lebih dekat dari urat nadi. Nah bagaimana ceritanya, urat nadi manusia itu kan banyak? karena manusianya juga banyak.


Atau pernyataan2 di dalam hadits. Kan ini sering sekali Nabi Muhammad (nampak) tidak konsisten secara tekstual di dalam hal ini. Manakah amalan terbaik? kadang2 amalan yang terbaik itu adalah sholat tepat pada waktunya. Tetapi di waktu yang lain, amalan terbaik itu adalah jihad fii sabilillah. Atau kalau baraya menemukan, apakah dosa yang paling besar? di dalam islam? kadang2 disebutkan membunuh berzina dan sebagainya. Atau dikatakan bahwa amalan terbaik itu adalah jihad fii sabilillah, ternyata jihad fii sabilillah itu gak ada apa2nya dengan sebuah ilmuan yang menulis buku.

Tinta para ulama itu lebih tinggi nilainya dari darah para syuhada. 

Kok bisa saling bertentangan seperti ini? ini bukan bertentangan baraya, tetapi ini terkait dengan konteks yang sangat berbeda. Misalkan seperti ini, ketika Nabi ditanya, manakah amalan terbaik? Kalau yang bertanya adalah Ali atau orang semacam ali, maka Nabi Muhammad itu akan mengatakan bahwa Amalan terbaik itu adalah jihad fii sabilillah, membela agama. Kenapa seperti itu? ya karena Ali itu orang yang semacam itu TOP SCORE. PETARUNG yang sangat luar biasa. Ali itu melawan petarung yang kayak gimanapun gak bisa dikalahkan. Bahkan pernah kan, waktu perang Khaibar, menjadikan PINTU gerbang kota sebagai perisai. Satu tangan di angkat. Padahal ketika perang sudah selesai, satu orang itu tidak ada yang bisa mengangkat pintu itu. Nah ketika yang bertanya orang yang seperti itu Nabi Muhammad akan menjawab amalan terbaik itu adalah Jihad fii Sabilillah. TETAPI yang bertanya adalah orang semacam Ibnu Mas'ud, bacaan Qur-anya enak, kemudian bener2 memahami tafsir Al Quran ya semacam itu, tetapi Ibnu Mas'ud itu di sisi lain punya kekurangan. Kakinya itu kecil, badanya juga (cenderung kecil). Jadi ketika berjihad itu risikonya terlalu besar. Udah teh beliau itu penghafal yang sangat luar biasa, kalau berperang risiko, MAKA ketika ditanya oleh Ibnu Mas'ud, maka Nabi Muhammad menjawab amalan terbaik itu adalah SHOLAT 5 waktu, atau tepat pada waktunya. Nah konteks yang semacam inilah yang tidak dipahami oleh masyarakat arab pada waktu itu. DIPAHAMINYA oleh masyarakat non-arab.

 

Atau misalkan contoh2 yang lain. Apakah surga itu ada? ada. Apakah isi surga itu? Kalau yang bertanya itu orang arab badui, orang yang masih mohon maaf ya, masih terbelakang. Yang di masjid aja, Masjidnya dipipisin gitu, nah ketika berhadapan dengan penanya yang seperti itu, Nabi Muhammad akan menjawab bahwa di Surga itu minimal ada 72 Bidadari, yang akan menghibur kita dan lain sebagainya. Tetapi ketika yang bertanya itu adalah sahabat2 yang dekat, Maka Nabi Muhammad akan mengatakan Surga itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan. Bahkan tidak bisa kita pikirkan secuil pun, kan seperti itu. Dan yang paling penting sebetulnya bukan surga nya, ada kenikmatan lain yang jauh lebih penting ketimbang surga, yaitu kita bertemu dengan Alloh. NAH pernyataan2 yang seperti itu kok cenderung kontradiktif? Kan surga itu tidak bisa dibayangkan sama sekali? berhubung yang bertanya itu tidak bisa dibayangkan, tetapi di sisiharus disampaikan agar memotivasi, maka Nabi Muhammad memilah siapa yang bertanya. 

Atau yang sekarang relate banget dengan wacana umat muslim di Indonesia. Apakah status orang kafir itu? apakah sepenuhnya masuk neraka atau tidak? Di dalam Al Qur-an itu ada teks yang mengemukakan bahwa YAHUDI, penyembah bintang, orang2 yang semacam itu, akan masuk surga ketika dia beriman dan beramal sholeh. TETAPI di sisi lain, bahwa islam itu satu2nya agama yang diridhoi oleh Alloh. Kenapa bisa bertentangan seperti itu? ya sekali lagi bukan soal bertentangan. Kalau kita melihat secara tekstual, pasti bertentangan. TETAPI konteksnya kan berbeda. Dan Nabi Muhammad itu memang selalu mengedepankan esensi dan konteks daripada teks. Makanya kalau baraya belajar di Pesantren misalnya. Doa iftitah, doa iftitah itu, nabi muhammad selalu menjawab pertanyaan itu berbeda. Misalnya ada sahabat tanya tentang doa iftitah, gini gini gini.... terus ada sahabat lain berbeda teksnya. Misalnya doa tahiyat akhir, banyak hadits2 shohih, tetapi ternyata bertentangan satu sama lain. Tetapi sebenarnya bukan karena bertentangan, tetapi NABI Muhammad fokus pada esensinya, bukan teksnya. Nah sekali lagi, ini tidak dipahami oleh orang2 arab. Sehingga orang arab itu lebih memilih, membentur2kan dalil2 yang mereka anggap berbeda.  Maka muncullah pendekatan2 semacam takhsis, atau nasakh mansukh dan sebagainya. 

Jadi misalkan yang nasakh mansukh misalkan ya. Ada dua teks yang berbeda, maka orang2 arab itu tidak berpikir soal konteks. Mereka berpikir, wah ini kok berbenturan seperti ini, berarti diasumsikan maka dalil yang paling akhir, itu harus kita gunakan. Kenapa? karena dalil yang paling akhir itu digunakan untuk menghapus yang sebelumnya. Jadi ada dalil2 tentang memperlakukan non muslim misalkan. Maka pilihlah yang paling akhir. Apakah nasakh mansukh itu salah? Tidak salah juga, di dalam Al Quran pendekatan semacam itu tu memang ada. Tetapi kita kan tidak tahu, mana ayat yang dihapuskan, dan mana yang tidak. TIDAK berarti ayat yang di akhir itu menasakh ayat yang sebelumnya. Kan kita tidak tahu. TETAPI kita.. kan semua aja, dalil2 yang bertentangan satu sama lain kita cari yang paling akhir. MAKANYA ajaran islam pada akhirnya menjadi miskin, menjadi sedikit, karena semua dalil2 yang di akhir itu menghapus dalil2 yang awal. Atau kemudian metode takhsis, metode pengkhususan. Jadi ada dua dalil yang nampak bertentangan secara teks. Kalau tidak memahami tentang konteksnya, maka berpikir ini harus dibenturkan. Lalu mana yang diutamakan? Yang khusus, daripada yang umum. Misalkan dalil umum, seorang muslim itu mesti memperlakukan istri dengan sebaik2nya. Tetapi baik itu bagaimana? itu kan umum. Maka ada dalil2 yang khusus. Misalkan boleh berpoligami, boleh menikah dua tiga empat dan sebagainya. Itu kan dalil khusus. Maka ketika ada pertentangan seperti itu maka yang diambil itu adalah dalil yang khusus. Sebenarnya ini pun menimbulkan masalah, sebenarnya pendekatan2 seperti ini itu sepenuhnya adalah masalah pemikiran manusia saja.  Jadi Alloh tidak mengemukakan pendekatan semacam ini total seluruhnya, tidak semacam itu. TETAPI ini hasil olah pikir manusia, jadi boleh kita bantah. Dalam kasus ini, ayo kita bantah... Yang khusus itu tidak selalu lebih baik daripada yang umum, bisa jadi yang umum itu kasuistis. Dan hal2 yang umum itu menyangkut dengan hal2 yang lebih umum dan general. Kan seperti itu, nah disini saya tidak mengkritik bagaimana cara pendekatanya, tetapi disini saya mengkritik orang yang mengkultuskan satu metodologi atau satu pendekatan tertentu. Takhsis2.... terus. Padahal kan tidak harus seperti itu, bisa macem2. 

Dalil yang khusus, bisa lebih benar daripada dalil yang umum, lebih relevan untuk kita laksanakan. Tetapi bisa juga hal yang sebaliknya. Makanya para sahabat juga kan, melakukan hal yang semacam itu, di zaman dulu itu, khususnya Umar bin Khothob. Itu kan banyak juga pendekatan2 yang diganti, ketika zaman juga berganti. TEKSnya sama, cara pendekatan mendekati teksnya itu diganti. Kemudian, daripada saya terjebak dengan pemikiran2 ferdinand sosor atau derida, dalam memahami teks. Kita akhiri dulu pertemuan kita kali ini. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korupsi dan Penjajahan | Catatan Guru Gembul

  Saya kemarin cerita ke murid2 saya di sekolah , cerita bahwa di Indonesia KORUPSI itu susah untuk diberantas. Misalkan PAK SAMBO divonis sekian tahun penjara. Siapa yang membuktikan? bahwa nanti dia akan tetap tinggal di penjara? saya katakan seperti itu. Mungkin aja dia ganti identitas, terus dia pindah pulau, pindah negara, dan sebagainya. Atau malam2 bisa keluar, kan pernah ada kejadian yang seperti itu. Karena ada contohnya, ada berita yang keluar.    Kan misalkan begitu, ini mah kan hayalan. Kan misalkan begitu...   Putus Asa . Saya katakan, jadi kalau misalkan kita mau memberantas soal korupsi, kita gak bisa bilang bahwa hukuman mati buat koruptor dan sebagainya. Gak sesederhana itu, saya jelaskan bahwa KORUPSI itu begini, begini, begini. Kemudian saya tanya , sebagai guru kan, setelah saya ajukan masalahnya. Kira2 menurut kalian, apa solusinya? Mereka itu kompak jawabnya, pak sudahlah pak, jangan bahas yang kayak gini terus. Kalau misalkan kita mau maju, kita undang lagi pemer

Masalah Pendidikan - Catatan Guru Gembul

  Guru Gembul . Berikan tepuk tangan untuk Bang guru gembul. Emang tinggal di Bandung?  Tinggal di Bandung, saya kan? orang Bandung.  Kirain sudah berkarir di Jakarta.. Saya itu dulu suka main PS. Jadi si avatarnya di dalam PS itu kalau bikin  orang gitu, buat diberantem2in, itu namanya GEMBUL apa gitu. Sedangkan  Gurunya karena guru?  Gurunya  karena saya profesinya  dalam tanda kutip ya, adalah  guru. Sampai sekarang masih mau ngajar?  MASIH..kemarin aja saya ngajar di sekolah.  Tapi itu tetap seperti guru-guru di SD Negeri atau apa? atau gimana? Guru honor  tidak tetap sih. Guru Honor, spill donk... gaji berapa sih? guru honor sekarang berapa?    Iya sekitar 900ribu sampai sejutaan, sebulan. K alau yang temen-temen saya itu bisa sampai 150.000  ada yang 200ribu. Ada juga yang bertahun2 gak dapat? jadi ikhlas aja makanya ya?  Sensasi . Makanya di sini tuh di negeri kita tuh.. Jadi ada orang-orang yang cari sensasi bikin kerusakan moral dan  lain-lain itu gajinya gede banget. Guru tu

Banjirnya Ilmu Pengetahuan | Catatan Guru Gembul

  Disklaimer Ini adalah transkrip dari youtube perbincangan Helmi Yahya dengan Guru Gembul. Jadi kalau mau melihat lebih lengkap, bisa langsung saja ke sumber perbincanganya.    Zaman Media . Sekarang itu zaman media. Jadi kalau misalnya (ada pertanyaan) Pengetahuanya darimana? Itu sebenarnya pertanyaan kurang relevan untuk zaman sekarang. Karena kita (untuk) mengetahui / akses untuk mendapatkan informasi itu banyak sekali kan? (Untuk Zaman) Sekarang pertanyaan yang paling utama BUKAN Darimana kalian mendapatkan Pengetahuan?  Tetapi darimana? (kita mengetahui bahwa) Pengetahuan itu BENAR, Pengetahuan itu bisa DIVERIFIKASI.   Kurasi menjadi penting?  kegiatan mengelola benda-benda dalam ekshibisi di museum atau galeri Iya itu penting. Kan kalau misalkan dalam metodologi ilmu itu, setelah kita mengumpulkan sebanyak mungkin sumber, kita mampu mengkritik sumber itu. Nah kita sekarang, di zaman digital, di zaman cyber, di zaman yang entah namanya apa ini? yang setiap sepuluh tahun itu namp