Iman yang hanya sekedar mengikuti orang tua, adalah jahiliyah. Jadi sebenarnya agama itu ada beberapa dimensi, ada agama sebagai formal, ada agama sebagai identitas kelompok, dan ada agama sebagai perwujudan dari IMAN.
Bagaimana kita mendeskripsikan Iman, Tuhan yang Maha Ghaib itu dengan mengkoneksikan imaginasi dan akal pikiran kita. Yang paling sering bikin keributan itu agama sebagai identitas kelompok. Agama sebagai identitas kelompok inilah yang kemudian memicu perdebatan, kemudian memicu konflik. Karena apa? identitas kelompok itu kalau misalkan berbenturan dengan yang lainya, itu dianggapnya sebagai persaingan. Jadi misalkan kita memahami, kita sebagai warga negara Indonesia dengan warga negara malaysia, itu biasa2 saja. Tetapi antara Indonesia dan Malaysia, itu bisa memancing kericuhan kan? Oh itu orang malaysia yang suka ngebajak, itu adalah nasionalisme sebagai identitas komunal. Saya akan mengomentari yang pertama tadi, bahwa manusia tidak mungkin benar, bahwa Tuhan saja yang benar. Sebenarnya dalam pikiran saya, kebenaran itu tunggal, kebenaran itu esa. TAPI bentuknya itu gradasi, memanjang, dari yang mutlak kebenaranya, menjadi benar, agak benar, dan ujungnya adalah kesalahan. Dan manusia dengan pandangan yang objektif juga bisa mendekati kebenaran. Nah bagaimana caranya dengan menemukan ajaran itu, ya dengan akal pikiran. Kalau baraya mengutip pendapat saya, itu diambil dari pendapat ulama terkemuka islam yang bernama Ibnu Taimiyah. Dia mengilustrasikan bahwa, agama itu adalah cahaya, sedangkan mata nya adalah ilmu pengetahuan, adalah AKAL kita. Jadi kalau misalkan agama itu adalah cahaya, tapi kitanya gak punya mata, merem, maka kita gak akan bisa melihatnya. Jadi akal itu digunakan untuk mencerap pengalaman2 spiritual dalam bentuk agama yang seperti itu.
Jadi sebenarnya disini yang menjadi masalah bukan karena agamanya, tetapi bagaimana cara kita meleknya, bagaimana cara kita apakah dengan cara memicingkan mata, atau kah dengan cara membelalakkan sebesar2nya. Nah disinilah bagian dari ilmu pengetahuan itu, ketika akal digunakan untuk mencerap, nilai2 ketuhanan dan sebagainya maka semuanya akan baik2 saja. Maka ketika agama itu disimak oleh orang2 yang merem, itu malah justru jadi alat untuk mempertahankan kebodohan, alat untuk mempertahankan kejahatan. Kan yang paling mudah itu, kita berbuat jahat, dan agar kita tidak dimarahi, atau kita tidak dicap sebagai orang jahat, kita menggunakan dalil2 agama. TETAPI di dunia modern itu akan lebih banyak penipu daripada yang sesungguhnya. Dan orang yang menipu, dan orang yang tidak itu tidak bisa dipilah kecuali dengan ilmu pengetahuan, kecuali dengan akal yang sehat, begitu. Saya percaya di islam dan di kristen ada teks yang sama, mendekati akhir zaman, mendekati kiamat itu penipu2 makin banyak. Kalau di islam disebut ulama2 jahat, yang disebut sebagai anjing2 neraka. Yang bahkan makhluk yang paling buruk di alam semesta. Itu banyak, itu bakal banyak. Simbol dari agama itu bukan gambar, tetapi kelakuan dari umat beragamanya. Jadi simbol dari agama itu bukan yang kita tulis, digambarin, itu bukan.. tetapi perilaku kita, perbuatan dan sikap kita. Dan di Indonesia banyak sekali hal2 yang pada akhirnya menjadikan agama ini menjadi sesuatu yang bener2 rancu.
Temenya saya kemarin itu punya anak kan, dia mau nyekolahin anaknya di Sekolah Islam yang bagus. Tetapi pas disekolahin di sekolah islam itu, tetapi ternyata sama gurunya diajak nonton film Perang Ambon. Disuruh nonton yang seperti itu, padahal itu kan adeganya sadis sekali. Perang antara Umat Islam dan Umat Kristen, Akhirnya apa? keluarin saja anaknya dari sekolah yang semacam itu. Yaudah dimasukin di Sekolah Kristen. Itu pas masuk di sekolah Kristen, guru agamanya ngajarin. Jangan seperti orang islam, sedikit2 ngebunuh orang kafir. Akhirnya temen saya itu, yah... dimasukin ke sekolah islam kayak gini, dimasukin ke sekolah kristen kayak gitu, dimasukin ke sekolah negeri gak berkembang. Akhirnya dia bingun sendiri, mau pindah ke new zealand malah ongkosnya habis.
Kita tuh.. masyarakat beragama. Dan memang peradaban2 besar itu dibesarkanya memang oleh agama. Tetapi sekarang malah kita tuh menggunakan agama sebagai perusak peradaban. Jadi sebenarnya begini, di dalam al quran itu banyak sekali ayat. Mungkin 100an lebih lah, yang mendorong setiap orang itu untuk berpikir dan melakukan pembuktian. Jadi kalau misalkan ngikut pada suatu pernyataan, kemudian pernyataan itu sepihak dan lain sebagainya, itu orang fasik misalkan. Sehingga ketika ada orang saya beriman, saya beriman dan mereka tidak bertanya...? itu disebutkanya jangan seperti orang jahiliyah yang ketika mereka diberi petunjuk dari Tuhan, ini kan agama dari bapak kami, ini agama dari ibu kami. Itu karakteristik dari orang2 jahiliyah disebutkanya seperti itu. Makanya di dalam islam itu diwajibkan untuk melakukan pencarian, sama dengan yang dilakukan oleh Ibrahim, atau ABRAHAM.
Jadi di dalam dunia islam, abraham itu disebutkan sebagai theosof filosofis, jadi beliau itu digambarkan di dalam versi islam itu. Kan ayahnya membuat patung, kan yang buat ayah saya, ayah saya juga yang nyembah itu, gimana ini? gak masuk akal. Kemudian dia pikirin2 dia lihat ke alam semesta, kemudian dia lihat bintang2 yang sangat indah. Pasti bintang itu satu diantaranya adalah Tuhan, karena bintang itu sangat indah. Tapi pas keesokan harinya, lihat bulan.. eh itu bulan lebih gede, kayaknya itu yang Tuhan. Pas pagi harinya, ada matahari, oh matahari jauh lebih besar. 18.00
Komentar
Posting Komentar