Langsung ke konten utama

Kuliah Hukum | Catatan Rocky Gerung

 

Borgol
.

Saya ingin dibekuk oleh nalar, bukan dibekuk oleh Borgol. Borgol pertanda kriminalitas. Tetapi dibelakang borgol, ada sinopsis tentang kekuasaan. Kenapa mesti diborgol? lambang apa? borgol itu? Lambang keadilan? bukan.
Lambang keadilan adalah Themis, Dewi Justicia, yang ditutup matanya. 

Jadi bagian pertama, coba kita putting reason first. Akal dikedepankan dulu, supaya kita saling menguji, jalan pikiran HUKUM. Kalau saya ucapkan satu kata, kata itu berasal dari kosa (kata) yang ada di saya, yang saya benamkan di benak saya melalui 

  • kebudayaan, 
  • ideologi, 
  • agama, 
  • filsafat,
  • dll.

Kata itu bisa berbeda dengan anda, yang mengapungkan kata itu (justru), yang anda keluarkan dari kepungan peradaban. 

 

I want to be restrained by reason, not restrained by handcuffs. Handcuffs are a sign of crime. But behind the handcuffs, there is a synopsis of power.  

Why do you have to be handcuffed?  

those handcuffs are symbol of? 

The Symbol of justice?  

No. The symbol of justice is Themis, the Goddess of Justicia, who is blindfolded. So the first part, let's try putting reason first. Reason comes first, so that we can test each other, the way of thinking is LEGAL. 

If I give a word, that word comes from my vocabulary that exist in me, which embeded in my mind through 

  • culture,  
  • ideology,  
  • religion, 
  • philosophy, 
  •  etc.  

That word can be different from you, who floats that word and take out from the siege of civilization.

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2..

 

 

Devil's Advocate
.

Jadi setiap kata yang kita ucapkan, di dalamnya ada situasi semiotis. Artinya kata itu tidak pernah stabil. Dia (kata itu) oscillating - bergerak ke sana - ke mari, karena kita tidak hidup di dalam satu variable, kita hidup di dalam banyak variable. 

Yang namanya devil's advocate, advocatus diaboli dalam bahasa latin. Advocatus diaboly inilah yang mengganggu reason kita, yang tadinya 

  • dikontrol oleh kebudayaan, 
  • oleh kurikulum yang anda pelajari. 

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2.. 

 

(Misalnya) Saya menyebut istilah justice/keadilan. Kata yang kita ucapkan itu mewakili suatu zaman. Bagaimana kita lihat satu istilah ginealoginya panjang. Oleh karena itu kalau saya sebut pengertian rakyat di zaman revolusi prancis, beda dengan pengertian RAKYAT di Indonesia. Rakyat di Indonesia disebut dengan kawulo. Boleh gak? Rakyat Indonesia protes? boleh, tetapi mesti SOPAN. Protes tetapi sopan? Boleh kritik? boleh, KRITIK tetapi sopan itu ARTINYA "Jangan Kritik". ITU contoh bedanya kata RAKYAT di Prancis dan Indonesia. 

Jadi itu pengertian2 DASAR yang membuat kita, sebagai HAKIM dan pengacara, referensinya apa? MAKAR? misalnya.. yang mana yang disebut makar? Jadi istilah2 HUKUM selalu 

  • ada ginealogi
  • ada social origin nya, 
  • ada asbabun nuzul nya. 

NAH bagian itu yang saya kira menarik untuk kita bicarakan.  

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2.. 

 

 

Games Nalar
.

Sebelumnya kita bikin permainan sedikit. Tadi Pak Arif mengatakan, coba kita bongkar dulu REASON kita, menangkap gejala, sekaligus mendekati persoalan secara kritis. Coba kita uji sedikit kemampuan kita untuk bernalar. Saya tuliskan sebuah kalimat disini.

THERE IS THREE MISSTAKE IN THIS SENTENCE

Oke.. siapa yang bisa ketahui, kesalahan itu... ?

Jadi dia mau tambahkan kesalahan, di luar yang saya tulis. Pasal adalah PASAL di dalam PASAL. Bukan pasal yang ditambahkan, kan itu. Kita share ya, the art of critical thinking and thought.

Ada tiga kesalahan di dalam kalimat ini. Kalimatnya bilang begitu,   

  • Kesalahan pertama adalah kesalahan GRAMMAR
    harusnya ARE
    THERE ARE THREE
     
  • Kesalahan Kedua adalah kesalahan SPELLING
    MISTAKES

Oke, memang cuman itu kesalahanya, cuma ada dua. Jadi saya berbohong? Kesalahan yang anda temukan, karena anda pakai mata, anda bisa temukan

KESALAHAN GRAMMAR dan KESALAHAN SPELLING

Kalimat itu bilang ada tiga kesalahan. Tetapi  disitu cuman ada dua kesalahan (yang ditemukan lewat mata). Kesalahan ketiga adalah kalimat itu sendiri bohong dia bilang ada tiga (kesalahan) tetapi ternyata cuman dua. Kesalahan ketiga hanya bisa kita tangkap dengan NALAR / AKAL. Jadi kesalahan ketiga adalah kesalahan di dalam diri pernyataanya sendiri. Dapat? point itu...?
Dia bilang ada tiga, ternyata ada dua. Kesalahanya adalah pada PENGAKUAN dia. Yang tidak mungkin kita lihat disitu. You mengatakan ada tiga, ternyata yang ketiga adalah you sendiri bikin kesalahan. 

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2..  

 

Itu fungsi Nalar, jadi ada bagian yang kita lihat. Dewi keadilan ditutup matanya, dia gak bisa lihat tuh. Tapi nalarnya bisa melihat, itu pengertianya tuh. Jadi ada sesuatu yang sublim di dalam upaya untuk menegakkan keadilan. Tadi Pak Arif terangkan dengan baik bahwa  

  • Putusan itu kendati ADIL tapi (bisa) tidak fit and proper dengan kekuasaan.  
  • Putusan itu bisa membatalkan investasi menghasilkan kecemasan POLITIK,

padahal itu putusan hakim. Kenapa ada variabel ekstra legal yang diselundupkan untuk mengacaukan koherensi putusan. 


Dari segi Teori Hukum Positif, bahwa putusan itu basisnya adalah argumen2 di atasnya yang KOHEREN (berhubungan/bersangkut paut). Yang kita sebut sebagai Stufenbau Theory, Hans Kelsen, Kelsenian. Kalaupun itu dipakai secara tepat -walaupun saya kritik penggunaan kalsenian di Indonesia. Tapi bahkan (putusan) yang sudah koheren, (bisa) diganggu oleh variable eksternal, seperti misalnya

  • variable politik, 
  • variable feodal, 
  • variable uang
  • segala macam. 

Apakah hati nurani hakim terganggu? Itu bukan problem saya. 

From the perspective of positive legal theory, the basic for the verdict (judge's desicion) is the coherential arguments. We could refer to Stufenbau Theory by Hans Kelsen. Even this theory used correctly- although I criticize the use of calsenian in Indonesia. But even, if we found the coherential verdict, it still could disturbed by these external variables.  

  • Political Variables 
  • Feudal Variables  
  • Money Variables 
  • and So Forth. 

Is the judge's conscience disturbed? (with those external variables?) That's not my problem,

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2..   


Problem saya adalah Nalar itu tidak tiba (tidak hadir). Jadi... (mengulang apa yang disampaikan sebelumnya) ada bagian yang kita lihat, ada bagian juga yang tidak kita lihat. Dewi Keadilan, dia ditutup matanya, dia tak bisa lihat problem, tetapi nalarnya bisa lihat. 

Yang tak terlihat, tak berarti tak hadir. Demikian juga di dalam Ruang2 Pengadilan. Tak terlihat disitu, (misal) ada unsur kekuasaan, tetapi berarti tak hadir. Sampai (misalnya) saudara punya sertifikat pengacara, (mungkin) di belakang itu ada proses politik yang panjang. Yang tak terlihat, tak berarti tak hadir. Itu ujian pertama pada kemandirian kehakiman, yang tak terlihat tak berarti TAK HADIR. Dalil itu, kita pastikan dulu, sampai sini masih dapat ya? 

Pak Syamul Arief.. Quote nya sudah dapat ya? 

My problem is their logics are not arrived (Not Present). So... in the case, we could see some parts, and there are couldn't see. The goddess of justice was blindfolded. She couldn't see problem, but her logic could find it. 

What is invisible does not mean it is not present. Likewise in court rooms,, What is invisible does not mean it is not present. Invisible...  we couldn't se element of power (for example) - but that doesn't mean not present.

Until (for example) you have a lawyer's certificate, (perhaps) behind that, a long political process. That's the first test of judicial independence, What is invisible does not mean it is not present. Let's confirm that argument first.

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2..  

 

Saya meraga gak beban (menyampaikan ini) kecuali naik gunung, saya musti bawa ransel 12kg. Pak Arif juga, (suka) mendaki gunung. Jadi kalau dibilang saya politisi, saya bukan politisi. Oh itu buktinya kritik pemerintah, saya itu kritik pemerintah kalau saya lagi gak naik gunung. Karena ILC undang terus kan..? Jadi setiap kali karni ilyas telfon, kok gak bisa2? Lho hidup gue itu di gunung, tapi jangan ganggu aktivitas gue. Yang tidak boleh diganggu akitivitas naik gunung dan aktivitas selingkuh. Karena itu mengandung resiko dua2nya. Oke.. saya kembali pada tema kita.

My problem is that reason doesn't just happen. So what isn't visible doesn't mean it is not present. Likewise in court rooms. Invisible there is an element of power, but that means it is not present. Because of the algorithm, until you have a lawyer's certificate, behind that there is a LONG POLITICAL PROCESS. What is not visible does not mean it is not present. That is the first test of judicial independence, invisible does not mean NOT PRESENT. We can confirm this proposition, so far we can still get it, right?

 

 

Legal Reasoning

Kita ingin pastikan bahwa, Pengetahuan kita tentang reasoning (legal reasoning) adalah sumber pertama untuk DEBAT di ruang SIDANG. Tapi kebiasaan itu gak ada di kita tuh. Saya gak denger pengacara yang kuat logikanya itu.

Pengacara besar, yang cincinya tujuh disini tuh, di kalung ginian..

Tidak menyelesaikan perdebatan dengan argumen. Tetapi diselesaikan lewat transaksi under table. Amplop tuker amplop, bukan akal tukar akal. Kita gak saksikan perdebatan di depan hakim. Sehingga hakim juga tidak terpancing untuk belajar. Kalau ada perdebatan, hakim akan ikuti logic nya tu. 

  • Dimana terjadi fallacies?
  • Dimana terjadi ad verecundiam?  

Fakultas HUKUM, jadikan fakultas hukum itu fakultas hukum yang di dalamnya ada legal reasoning. Yang anda sebut fakultas hukum sekarang, itu Fakultas Undang-Undang. 

Sekarang kita pergi pada.. dalam upaya kita untuk mengubah kurikulum. Karena kurikulum itu adalah sumber pertama kekacauan penegakan hukum di Indonesia. (Jika) Kurikulum fakultas hukum, yang kacau (maka kekacauan penegakan hukum pun akan terjadi)

We want to ensure that, our knowledge of reasoning (legal reasoning) is the first source for arguing in the courtroom. But we don't get this habit.

I've never heard of a lawyer with such strong logic. Do not settle a debate with arguments. But completed the case via under table transactions? Exchanging envelopes not exchanging ideas.

We didn't enjoy the debate in front of the judge. So the judges are not provoked to learn. If there is a debate, the judge will follow the logic.  

  • Where do fallacies occur?
  • Where does ad verecundiam occur?  

Faculty of LAW, make the faculty of law be the law faculty, which includes legal reasoning. What you call a law faculty, now is the Faculty of Undang2. Now we go on the term, in our efforts of changing the curriculum. Because curriculum is the main factor of chaos in our law enforcement. (If) the law curriculum is a mess (the chaotic law enforcement will occur).

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2.. 

 

 

Feminisme
.

Di dalam studi hukum kontemporer, orang lagi belajar tentang feminis. Dimana basis keadilan (perempuan) itu berbeda dengan laki-laki. Karena pengalaman perempuan tentang justice, beda dengan pengalaman laki2. 

Kalau di depan pengadilan ada seorang perempuan, mental kita menganggap bahwa ini perempuan merengek untuk minta keadilan. Karena dia akan bilang, saya perempuan. Kata perempuan identik dengan lemah. Apa bener? perempuan lebih lemah daripada laki2? Sinopsis kebudayaan iya, bilang kalau perempuan itu lemah.  

Mari kita uji... contohnya.. Mas Faris, kalau beliau ini menstruasi, hari kedua beliau akan pingsan. Kalau melahirkan, bukaan keempat beliau akan TEWAS. Dimana kekuatan laki2? karena dia klaim, arogansinya karena dia kuat. Kenapa? karena dia bisa gamparin istrinya, dan istrinya sudah disublimasikan oleh culture bahwa perempuan harus tunduk. TADI saya bicara dengan temen dari pontianak. JUMLAH perceraian, di pontianak, di atas 1000. 

 

 

Silent Crime
.

KASUSNYA? KDRT. Yang menuntut perceraian karena KDRT, pasti perempuan. Ada beberapa (mungkin) karena laki2 (yang menuntutnya). Tapi kasus terbanyak pasti karena perempuan. 

Sekarang kita lihat kebudayaan kita, rumah tangga itu disebut sebagai ISTANA perempuan. Tapi KDRT justru berlaku disitu, bahkan sebagai silent crime, kejahatan terselubung. Yang baru bisa kita terobos, setelah ada UU KDRT. Dulu tidak bisa (terdeteksi), karena wilayah privat itu adalah wilayah yang paling aman bagi perempuan. Begitu data dibuka, rumah yang disebut sebagai istana perempuan ternyata adalah ladang pembantaian laki2, killing field

Jadi anda bisa bayangkan, peradaban menyembunyikan kekerasan itu, disebut silent crime, atas nama harmoni. Tapi begitulah sinopsinya,  karena cara pandang bahwa perempuan itu rendah. Dan itu terhubung dengan peradaban patriarki, yang mensponsori hukum sejak zaman Aristoteles. 

The Case? Domestic and Family Violence (DFV). Those who demand divorce because of DFV must be women. There are some, may be from men. But mostly because of women, propose this case.

Now we look at our culture (eastern culture) that the household is called a woman's palace. But DFV actually applies there, generaly mentioned by silent crime, or hidden crime.  

We could break the DFV case, after the DFV Legal Protection had been approved. Previously it is not possible (because of private area). That was the safest area for women. But when we could see the datas, that the house was called a women's palace turned to be a killing field by men. So you could imagine it, civilization had hides this violence, it is called silent crime, in the name of harmony. But that's truely the synopsis, because of the view that women are inferior. And it's connected to patriarchal civilization, which sponsored law since the time of Aristotle.

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2..

 

Aristoteles bilang gini, perempuan itu adalah anak-anak yang bertubuh besar. Otaknya gak tumbuh, padahal kita kenal Aristoteles adalah bapak ilmu pengetahuan. Kenapa dia ucapkan bahwa perempuan itu adalah anak2 yang bertubuh besar? karena feodalisme juncto patriarki kala itu bahwa yang bisa berpikir rasional hanyalah laki2. Dan Itu tumbuh terus, berabad2. 

Kita berhutang peradaban kepada perempuan. 25Abad, kita berhutang pada perempuan. Baru kemarin, 10 tahun lalu, ada undang2 KDRT. Perempuan minta affirmatif action, supaya mampu duduk setara menyusun regulasi. Tapi banyak laki2 yang protes, harus sama dong, start nya, masak perempuan dapat affirmatif action di parlemen? gak fair. Itu perempuan baru nuntut 30% utang peradaban. Kalau dia tuntut 100% dengan bunga, laki2 mesti dihilangkan dari parlemen. 25Abad perempuan disingkirkan, itu yang kemudian menumbuhkan ide baru tentang feminis legal theory. Feminis Jurisprudence. 

 

 

Subjek Hukum dan Perempuan
.

Dan memang, istilah subjek hukum, dulu memang dimaksudkan (untuk) laki2. Perempuan itu bukan subjek hukum. Bahkan sampai tahun 30, Amerika itu masih menganggap perempuan tidak mempunyai hak pilih. Jadi dari awal, perempuan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan (dalam hukum). 

PADAHAL kesejahteraan adalah fungsi dari tangan perempuan. Kecerdasan adalah fungsi dari pendidikan sejak lahir dari rahim perempuan. Gak ada laki2 yang punya gen kecerdasan. Kecerdasan itu ada pada gen perempuan. Sebut saja itu, hukum evolusi. Perempuan itu melahirkan generasi untuk bertahan, karena itu diberi kecerdasan. Jadi kalau ada seorang laki2 pinter, bukan karena ayahnya, tetapi karena ibunya. Kalau ayahmu pinter, itu karena nenekmu. Begitu peradaban membekali perempuan dengan kemampuan evolusi untuk survive. 

Dan itu (sudah) saya terangkan tadi bahwa hanya perempuan yang bisa melahirkan dan itu artinya (penderitaan). Tapi bagi perempuan ada jenis penderitaan yang gak bisa dibayangkan laki2, namanya missery. Missery adalah penderitaan batiniah. 

And indeed, the term legal subject was originally intended for men only. Women were not mentioned as legal subject. Even in the 30s, America still thought women did not have the right to vote. So women were not involved in decision making in law. 

Whereas welfare is a function of women's hands. Intelligence is a function of education since in the mother's womb. No man has the intelligence gene. Intelligence is in women's genes. 

We could refer from law of evolution. The woman gave birth to generations for survival, therefore was given intelligence.  So if there is a smart man, not (inherited) from his father, but his mother. And If your father is smart, it's because of your grandmother. 

Like that, civilization equipped women with the ability of survival evolution. and I have explained before, only women who can give birth and that means (suffering). But for women there is the kind of suffering that cannot be imagined by men, it is called missery. Missery is inner suffering.

Cuplikan Video bisa kalian saksikan disini, temen2..


 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korupsi dan Penjajahan | Catatan Guru Gembul

  Saya kemarin cerita ke murid2 saya di sekolah , cerita bahwa di Indonesia KORUPSI itu susah untuk diberantas. Misalkan PAK SAMBO divonis sekian tahun penjara. Siapa yang membuktikan? bahwa nanti dia akan tetap tinggal di penjara? saya katakan seperti itu. Mungkin aja dia ganti identitas, terus dia pindah pulau, pindah negara, dan sebagainya. Atau malam2 bisa keluar, kan pernah ada kejadian yang seperti itu. Karena ada contohnya, ada berita yang keluar.    Kan misalkan begitu, ini mah kan hayalan. Kan misalkan begitu...   Putus Asa . Saya katakan, jadi kalau misalkan kita mau memberantas soal korupsi, kita gak bisa bilang bahwa hukuman mati buat koruptor dan sebagainya. Gak sesederhana itu, saya jelaskan bahwa KORUPSI itu begini, begini, begini. Kemudian saya tanya , sebagai guru kan, setelah saya ajukan masalahnya. Kira2 menurut kalian, apa solusinya? Mereka itu kompak jawabnya, pak sudahlah pak, jangan bahas yang kayak gini terus. Kalau misalkan kita mau maju, kita undang lagi pemer

Masalah Pendidikan - Catatan Guru Gembul

  Guru Gembul . Berikan tepuk tangan untuk Bang guru gembul. Emang tinggal di Bandung?  Tinggal di Bandung, saya kan? orang Bandung.  Kirain sudah berkarir di Jakarta.. Saya itu dulu suka main PS. Jadi si avatarnya di dalam PS itu kalau bikin  orang gitu, buat diberantem2in, itu namanya GEMBUL apa gitu. Sedangkan  Gurunya karena guru?  Gurunya  karena saya profesinya  dalam tanda kutip ya, adalah  guru. Sampai sekarang masih mau ngajar?  MASIH..kemarin aja saya ngajar di sekolah.  Tapi itu tetap seperti guru-guru di SD Negeri atau apa? atau gimana? Guru honor  tidak tetap sih. Guru Honor, spill donk... gaji berapa sih? guru honor sekarang berapa?    Iya sekitar 900ribu sampai sejutaan, sebulan. K alau yang temen-temen saya itu bisa sampai 150.000  ada yang 200ribu. Ada juga yang bertahun2 gak dapat? jadi ikhlas aja makanya ya?  Sensasi . Makanya di sini tuh di negeri kita tuh.. Jadi ada orang-orang yang cari sensasi bikin kerusakan moral dan  lain-lain itu gajinya gede banget. Guru tu

Banjirnya Ilmu Pengetahuan | Catatan Guru Gembul

  Disklaimer Ini adalah transkrip dari youtube perbincangan Helmi Yahya dengan Guru Gembul. Jadi kalau mau melihat lebih lengkap, bisa langsung saja ke sumber perbincanganya.    Zaman Media . Sekarang itu zaman media. Jadi kalau misalnya (ada pertanyaan) Pengetahuanya darimana? Itu sebenarnya pertanyaan kurang relevan untuk zaman sekarang. Karena kita (untuk) mengetahui / akses untuk mendapatkan informasi itu banyak sekali kan? (Untuk Zaman) Sekarang pertanyaan yang paling utama BUKAN Darimana kalian mendapatkan Pengetahuan?  Tetapi darimana? (kita mengetahui bahwa) Pengetahuan itu BENAR, Pengetahuan itu bisa DIVERIFIKASI.   Kurasi menjadi penting?  kegiatan mengelola benda-benda dalam ekshibisi di museum atau galeri Iya itu penting. Kan kalau misalkan dalam metodologi ilmu itu, setelah kita mengumpulkan sebanyak mungkin sumber, kita mampu mengkritik sumber itu. Nah kita sekarang, di zaman digital, di zaman cyber, di zaman yang entah namanya apa ini? yang setiap sepuluh tahun itu namp