Di dunia yang menerapkan Demokrasi, kita akan mengenal adanya sebuah hirarki. Ya walaupun tidak resmi, tapi itulah yang menggerakkan politik di wilayah yang dimaksud itu. Nah hirarki yang dimaksud itu terdiri dari banyak sekali kasta. Kasta yang dimaksud itu adalah kasta dari orang2 yang bahkan
- tidak bisa kita kenali,
- tidak bisa kita lihat,
- kinerjanya juga tidak bisa ketahuan,
tetapi merekalah yang menggenggam kekuasaan, merekalah yang menentukan kebijakan dan lain sebagainya. Orang2 di Amerika Serikat biasanya menyebut ini shadow goverment, atau yang semacam itu.
Nilai kebenaran tidak dapat dipertahankan terlalu jauh di dalam politik demokrasi. Ini bukan soal kesialan, ini adalah bagian tak terpisahkan dari bagian kelembagaan demokrasi.
Glen Neweiy
People and The Truth
Democratic illusionist.
Kemudian di hirarki terbawah itu ada PION2 POLITIK. PION2 POLITIK itu adalah orang2 atau pihak2 yang dimanfaatkan, tidak dikasih kompensasi apapun, tetapi mereka dimanfaatkan demi kepentingan politik yang ada di atas. KENAPA bisa seperti itu? mereka diperah habis2an, mereka dijadikan tenaga kerja paksa, mereka melakukanya, tetapi mereka tidak tahu siapa yang menyuruh mereka. Di Episode2 sebelumnya, kita sudah tahu siapa orang2 yang ada di hirarki teratas, di episode ini siapa orang2 yang ada di hirarki terbawah itu.
--
Teman saya bukan orang yang bodoh, tetapi dia pernah mengambil keputusan yang bodoh. KETIKA dia mengambil pinjaman dari PINJOL ilegal. Sejak saat itu dia terjebak pada masalah ekonomi yang bener2 menguras energinya. Sampai akhirnya dia hanya bisa berhasil lolos, setelah dia mengorbankan pengorbanan yang sangat luar biasa. Itu bodoh, tindakanya yang bodoh. Ada juga disisi lain, temanya saya, perempuan yang sama sekali tidak bodoh, tetapi karena satu hal, dia mengambil keputusan yang sangat buruk. Dimana dia berhubungan dengan buaya darat. Yang akhirnya menjebak dia pada sebuah hubungan yang bener2 toxic, hubungan yang bener2 menyakitkan. Dan memenjarakan dia selama bertahun2 dalam hubungan yang sama sekali tidak memberikan kepada dirinya, kebahagiaan.
Dalam hal ini, tindakan2 atau keputusan2 yang bodoh, tidak harus diambil oleh orang yang bodoh. TETAPI dari situ kita juga bisa melihat hal yang lain, bahwa walaupun itu tindakan2 itu bodoh tetapi tindakan itu bisa saja kita maklumi, karena tindakan itu sempat memberikan keuntungan. Jadi yang pinjem ke pinjol itu, itu kan itu sempat diberikan keuntungan. Ya walaupun keuntungan itu pada akhirnya malah menjerat dia. Perempuan teman saya yang itu, setidaknya dia sempat mendapatkan keuntungan. Yaitu harapan, cinta kasih, kebahagiaan, walaupun itu semua sementara dan semu. Tapi di dunia ini ada yang lebih bodoh lagi, karena dia bukan hanya melakukan tindakan yang bodoh, tetapi dia sengaja membuat dirinya bodoh demi ego, dan kepentingan yang bukan dirinya sendiri. Siapa orang2nya itu? nah itu tema bahasan kita sendiri.
Mayoritas orang rentang terhadap bias yang bawah sadar, prasangka, stereotip, dan lebih memilih kelompok mereka sendiri. Tak satupun dari hal2 yang sangat logis, dan aktual. Dalam demokrasi, merekalah yang akan memilih sesuai tendensi mereka
Daren Brett
Democracy and Psychologi. Why people keep electing idiots? The Guardians.
Orang itu adalah orang yang sangat2 bodoh, karena mereka itu adalah pion2 politik, yang sebut di dalam intro video ini. Pion2 politik itu adalah bahwa mereka sama sekali tidak dibayar, mereka sama sekali tidak diberikan kompensasi apapun, tetapi mereka melakukan agenda2 politik dari orang yang bahkan mereka tidak kenali. Dia bahkan rela agar mentalitasnya itu rusak, kemudian hubungan dengan temanya itu rusak, hubungan dengan tetangganya itu rusak, hubungan dengan saudaranya rusak, karena kemudian saling hujat satu sama lain, gara2 pilihan politik yang berbeda. Kan begini baraya, seringkali saya sebutkan begini, dan ini sering saya sebutkan berkali kali. Bahwa di negara demokrasi itu, tidak pernah ada demokrasi yang sesungguhnya bisa dijalankan. Yang terjadi kalau misalkan ada pemilu, kita tidak pernah memilih calon tertentu, untuk menjadi pemimpin, TIDAK PERNAH. Yang pernah terjadi itu adalah pemimpin2 besar, atau orang2 yang bermodal besar, itu merekayasa kita, merekayasa publik, merekayasa rakyat, agar memilih calon yang mereka sodorkan. Kan begitu rumusnya....?
Dengan kekuatan uang, mereka bisa membeli hasil pemilu. Pemilu seharusnya menjadi jalan yang demokratis, bagi siapa saja yang memiliki kemampuan dan integritas untuk menjadi seorang pemimpin, tetapi kenyataanya kemampuan mereka dibajak oleh mereka
Muhammad Zulfan Hakim, dan Fajlurrohman Jurdi.
Immature Politician and Oligarchy as A Threat to Democracy
Flat Justicia
Kita kan tidak pernah mengenal JOKOWI, kita tidak pernah mengenal ANIS BASWEDAN, kita tidak pernah mengenal GANJAR PRANOWO dan sebagainya. Kita hanya mengenal mereka setelah diperkenalkan partai politik yang hanya menggaungkan kebaikan2 dari mereka saja. Jadi bukan kita yang memilih mereka, tetapi mereka yang merekayasa kita agar memilih calon2 yang mereka rekomendasikan. Makanya disetiap pemilu partai2 dengan semangat mengatakan....di Jawa Barat, kami targetkan perolehan adalah begini begini. Di jawa timur kami targetkan perolehan suara begini begini.....
Itu artinya apa?
Sebenarnya kita itu adalah objek, dan suara kita digunakan untuk menjadi legitimatasi kekuasaan mereka. Dan sesungguhnya siapa yang akan berkuasa? apakah calon2 yang ketika dia memimpin, yang sesungguhnya memimpin? TIDAK JUGA, karena mereka itu sebenarnya harus bayar kompensasi kepada orang2 yang memodali mereka. Kan begitu? karena demokrasi itu biayanya sangat mahal. Dan calon2 yang sebelumnya kita pilih itu sebenarnya tidak memiliki cukup modal untuk bisa menggerakkan rakyat, untuk memilih dirinya. Tetapi ada pihak lain, yang setelah berkuasa, maka pihak2 yang dimaksud itu tentu saja akan minta hasilnya. Kan begitu?
Nah karena suara kita adalah alat legitimasi, maka suara kita diambil itu dengan cara direkayasa diri kita, merekayasa psikologi kita. Makanya kita, hanya gara2 beda pandangan politik, menuduh saudara kita sebagai kadrun, menuduh saudara kita sebagai buzzer, misalnya.
Hoax digunakan oleh para elit yang mengeksploitasi dan memanipulasi kekuatan publik. Bahkan jika mereka tidak secara aktif memproduksi hoax, mereka dengan senang hati mengandalkan dukungan yang mungkin diberikan kepada mereka.
Airlangga Pribadi
Hoaxer and Fake News, a cancer in Indonesians democracy Indonesia.
Sebenarnya satu sama lain itu kita baik2 saja. TETAPI karena penerapan demokrasi kita yang bohong2an, tentu saja karena kita itu direkayasa, maka kita akhirnya memilih calon tertentu, kemudian fanatik terhadap calon yang dimaksud, kemudian membela mati2an, menghujat calon yang lain dan sebagainya. Padahal otak kita itu sebenarnya direkayasa. JADI siapakah? orang yang paling bodoh itu? Orang yang paling bodoh itu, orang yang direkayasa kemudian dia mau direkayasa seperti itu kemudian menghujat temen2nya hanya karena perbedaan pendapat. 7.20
Komentar
Posting Komentar