Kita itu pingin banget ngasih semuanya untuk anak2 kita, karena kita sayang sekali. Masalahnya gak semua yang anak kita butuhkan, itu bisa dibeli pakai uang. Contoh kepercayaan diri. Menurut gua, kepercayaan diri itu kunci sekali. Kadang2 kita lihat orang gak ada bakatnya, tapi kok ada di tivi mulu? yaudah pede doang modalnya. Kalau ada orang bakatnya luar biasa, gak punya PEDE, gak kemana-mana. Maka percaya diri, itu kunci sekali.
Ada seorang anak yang gak mau masuk sekolah karena yang lain sudah bisa baca tulis, tapi aku belum,aku goblok. Itu anak TK nol besar, anak TK nol besar gak seharusnya ngomong kayak gitu. Emang dia gak mesti bisa, tapi beberapa SD, yang ilegal. Ini ilegal ini, gak boleh ini. Ujian masuknya itu pakai baca tulis. Makanya beberapa TK itu suka ngajarin. Anak ini gak bisa, tapi yang lain sudah bisa. Dan dia mengalami presure itu. Anak usia 6tahun, malu karena gak bisa baca tulis. TIAP orang bakatnya beda2.
Nak.. anak ini itu gambarnya jelek, bukan berarti dia bego, tetapi kamu bakatnya di gambar. Sebaliknya kalau kamu belum bisa baca tulis, dan kemudian dia bisa, bukan berarti dia bego nak, artinya bakatnya dia bukan di baca tulis. Kamu ngerti, ngerti ayah....udah main dulu sana.
Jahatnya pendidikan Indonesia adalah ketika setiap anak tidak bisa yakin bahwa dia berbeda dengan orang lain, itu jahatnya pendidikan di Indonesia. Padi gak akan pernah bisa jadi jagung. Padi lho threat sebagai padi, jagung lho threat sebagai jagung. Yaudah jangan disama2in. Masalahnya pendidikan kita, semuanya harus di standarisasi, itu kan masalah dengan UN, itu masalah dengan UN. Setiap sekolah beda2, setiap anak beda2, tapi kalau lho lulus, begini caranya, kan gak gitu caranya.
Einstein pernah bilang setiap anak adalah jenius, tapi kalau kau nilai ikan dari cara dia memanjat pohon, ikan itu akan merasa bodoh seumur hidupnya. Dan itu masalah kita di Indonesia. Einstein juga pernah bilang, bayangin waktu SMP, dia ngomong ke gurunya, dia gak setuju dengan sistem pendidikan dengan cara hafalan, karena itu mematikan kreatifitas, dan mematikan semangat belajar. Keluar dia dari sekolah, -waktu SMP. Salah satu ciri, bahwa pendidikan di Indonesia masih bermasalah adalah, karena beberapa institusi pendidikan di Indonesia untuk hafal. Memang bukan itu kuncinya, kuncinya adalah faham, dan tahu bagaimana aplikasinya. Gak mesti dihafalin...
Contoh gini deh, untuk semua yang ngaku fans nya manchester united, sebutin satu saja pemain MU yang paling hebat sepanjang masa. Bisa gak? bisa pasti... diajarin gak? di sekolah? enggak. Tapi kenapa dia bisa? kenapa dia hafal? karena....? dia MINAT. Maka kuncinya bikin donk anak ini minat, bukan paksa dia untuk ngapal. Kalau memang gurunya bagus, bikinlah ni anak minat. Kalau gak minat? kan ada google, zaman sekarang terbukalah sama teknologi, pakailah google. Gak papa, lagian... hal2 yang kita sibuk2 hafalin dulu, sekarang belum tentu bener. Contoh nih...
Waktu di zaman kita SD dulu, di zaman kalian SD, ada berapa planet di tatasurya? 9. Sekarang tahu gak? berapa planet? 12. Kita mikir 8, karena kita mikir, pluto keluar kan? TAPI sekarang ada planet baru, di tatasurya kita, namanya dwarf planet, planet2 kecil. Total sekaragn 12, planet di tata surya kita. Buat apa? kita capek2 ngapalin dulu? sekarang salah? KARENA GURU itu adalah idola kita, karena kita kadang lebih sering ketemu guru, daripada ketemu dengan orang tua kita.
Komentar
Posting Komentar