Langsung ke konten utama

Berfikir Kritis | Catatan Rocky Gerung


Berpikir itu, karakternya memang harus kritis. Mempelajari berpikir kritis artinya mengulang kemampuan kita yang sering dibatalkan oleh 

  • kebudayaan, 
  • keyakinan,
  • mitos,

Jadi mengucapkan ulang hal yang fundamental dengan bantuan metode berpikir. Itu sebenarnya maksud, kenapa ada kelas berfikir kritis. Pengetahuan itu TUMBUH karena adanya metodologi, (sedangkan) opini berkembang karena adanya issue. Nah seringkali, issue itu larinya lebih cepat, tidak bisa dikejar oleh metodologi. Akibatnya issue itu menguasai ruang publik, tanpa adanya filter. Berpikir kritis adalah filter untuk mencegah, jangan sampai opini publik itu menjadi kebenaran tanpa dasar. Caranya adalah mengaktifkan metode yang menjadi struktur dan disiplin di dalam ilmu pengetahuan. Sebetulnya hubungan adalah mengembalikan metode, untuk memfilter opini yang bisa mengakibatkan semacam penyimpangan makna di dalam komunikasi politik, semacam penyelewengan masalah oleh birokrasi. Itu dasarnya kita mulai mengajarkan tentang metode berfikir kritis. 

 

Logika itu membantu kita untuk menjernihkan persoalan. Logika itu membersihkan kita berfikir dengan penuh kepentingan, berfikir dengan penuh fallacis. Jadi seharusnya logika itu diajarkan di kampus, atau diajarkan di tingkat yang lebih rendah atau di SMP misalnya. Sehingga publik, atau generasi baru nanti, punya kemampuan untuk menganalisis persoalan tanpa ada beban feodalisme, untuk mengucapkan sesuatu secara jujur. Jadi logika fungsingya meluruskan pikiran, logika fungsinya menertibkan argumen yang palsu. Agar supaya komunikasi berlangsung semata-mata demi menghasilkan kejelasan soal. Setiap hari kita membaca media masa, atau mendengarkan talkshow, di dalamnya banyak tersembunyi fallacis, yaitu kebohongan, ketidak konsistenan. Nah kalau tidak ada pengetahuan dasar tentang logika, dengan mudah kita mengkonsumsi jenis kebohongan sosial tentang itu. Itu berbahaya untuk perkembangan demokrasi. Sekarang orang bicara hoax, terus menerus. Padahal hoax itu dengan mudah dibatalkan kalau kita punya semacam peralatan detecting faulty argument. Itu sebabnya logika menjadi dasar, atau fondasi untuk menghasilkan kritisisme. 

Feminisme itu salah satu metode untuk membongkar... salah satu metode untuk menghasilkan kesetaraan. Jadi di dalam dirinya feminisme selalu kritis, kritis terhadap patriarki terutama, kritis terhadap monopoli kebenaran, kritis terhadap semacam doktrin. Nah hubunganya tentu adalah mengaktifkan metodologi berfikir feminis. Kurikulum kita di sekolah penuh dengan feodalisme,


Percakapan di media sosial, menunjukkan bahwa media sosial menjadi tempat berternak kebencian, bukan berternak pikiran. Dan deteksi itu juga membuat kita khawatir, apakah betul kehidupan demokrasi bisa dilanjutkan bila pengerasan ideologi, entah itu karena sentimen, entah itu karena bias kognisi, entah itu karena ngeyelisme, entah itu karena keletihan melihat situasi, sehingga orang udahlah kita ngeyel aja di dalam media sosial. Itu suasana sosiologisnya. Suasana akademis juga sama, kalau lihat di dalam kelas, orang membypass isi, substansi, dan pergi pada sensasi. Mencari sensasi dengan guyur istilah, guyur retorik, yang sebenarnya dipungut dari situs2 yang berantakan di internet. 

 

Jadi kita mulai mencemaskan, apakah betul generasi hari ini, bisa membawa Indonesia ke dalam pertandingan global. Ke dalam situasi yang disebut mileneal. Kalau misalkan kita baca data, index kecerdasan matematics, reading, dan science anak indonesia di Asia, itu nomor 61 dari 68 negara. Padahal anggaran pendidikan kita itu setara dengan vietnam misalnya 20%. Vietnam nomor 4. Kemudian orang mulai bertanya? Bisa gak? KETAJAMAN BERFIKIR itu diukurkan pada jumlah uang negara yang diguyur ke sekolah2, diguyur ke institusi. Kita lihat argumen pemerintah, Kalau begitu kita naikin anggaranya. Loh, belum diperiksa, kenapa dia tidak berhasil memberi insentif IQ, padahal anggaranya naik terus. Itu yang menjadi sasaran kritik kita. 

 

Berarti ada yang keliru? Pasti ada yang keliru,  karena parameternya tidak menunjukkan perbaikan. Seandainya misalnya orang berfikir, oke dinaikin aja anggaranya itu. Saya kasih contoh, di dalam sejarah pendidikan dunia. 

 

Mesir itu  50% dari anggaranya dipakai buat pendidikan, beberapa tahun lalu. Hasilnya justru malah menurun. Sehingga ada problem di dalam pembuatan kebijakan, sehingga orang gak bisa dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa anggaran itu fungsional dalam meningkatkan pendidikan. Itu misalnya satu contoh, kita mengaktifkan fikiran kritis, untuk mengetahui kenapa begitu? Nah.. sesi ini, sesi untuk lebih banyak berdiskusi. Saya tidak mengajarkan cara berfikir kritis. Saya ingin terlibat di dalam sesi ini, supaya sama2 menemukan the thing could kidler thingking. Jadi kalau ditanya misalnya, apa itu berfikir kritis? kalau anda bisa jawab sekarang, silahkan anda pulang ke rumah. Karena artinya anda sudah tahu. Jadi ini sesi pertama, saya ingin sesi pertama ini ada diskusi yang tajam, saya jadi semacam fasilitator, sambil saya mendeteksi dimana terjadi faulting reasoning. Jadi di dalam upaya menghasilkan fikiran kritis, kita berfikir dua hal, 

  • yang pertama adalah bernalar yang keliru logical fallacy. Itu di buku2 banyak.. cari aja sendiri tu. Jadi saya coba mendeteksi reasoning yang palsu. Itu ada modelnya, ada bahan bakunya, ada pakemnya, yaitu logical fallacy
     
  • Kemudian logical fallacy itu bisa karena gangguan kognisi. Keinginan untuk menuntut kenyataan. Keinginan menarik lebih dulu dan akhirnya fikiran itu menyerah. Itu artinya bias kognisi. 
     
  • Tentu ada soal lain, pilihan yang sifatnya belief sistem. Jadi kendati logica itu bisa dipelajari, kontrol bias kognitif itu bisa dipelajari,  TAPI ada situasi dimana orang jadi malas untuk mengambil resiko dengan reasoning, lalu dia pergi pada belief, pergi pada fundament2 epistemologis, fundament2 metafisik, fundament2 teologis, fundament2 spiritual.

 

Jadi ada beberapa hal yang kita ulas lebih mendalam pada sesi hari ini, yaitu soal 

  • Faul Reasoning
  • Cognitif Bias
  • Fanatisme terhadap nilai

Itu soalnya itu, saya akan berupaya mengulas itu dalam 5 sesi nanti. Anggap saja ini adalah suatu komunitas, kita sebut komunitas berfikir. Dan kita bawa kesini segala macam problem, untuk kita analisis. Karena memberi kritik itu memberi analisis. Tidak ada kritik tanpa analisis. Analisis dalam tradisi ilmu pengetahuan artinya mengurai.

 

Selalu ada orang yang ngeyel di dalam pembicaraan semacam ini. Orang akan tanya, kalau anda kasih kritik, itu solusinya apa? Saya selalu katakan bahwa Solusi itu bukan substansi dari kritik. Solusi itu urusan orang yang digaji untuk itu. GAK ada gunanya anda kasih kritik, kalau tidak kasih solusi. Kalau seandainya saya katakan, eh.. anda jangan deket2 dengan proyektor itu, karena kelihatanya kabelnya mau putus, mau jatuh. LALU solusinya apa? solusinya anda pindah dari situ. Pindah kemana? pindah ke jalan. Di jalan kan? lalu lintas padat, bisa tabrakan itu. Yaudah naik tangga, tangganya kropos itu.  JADI substansi untuk jangan ada di bawah barang itu, berubah jadi kemana saya harus pergi. 

 

Jadi sekali lagi, kita dari awal beritahu dulu bahwa atau saya mau beri tahu bahwa solusi itu bukan esensi dari kritik. Ada solusi itu bagus, solusi itu bonusnya aja. Tapi memberi kritik adalah fungsi primer menjadi manusia. Di dalam kritik, seharusnya dengan sendirinya ada solusi. Jadi orang yang menunggu solusi, itu sesungguhnya dia tidak ingin dikritik. Jadi dia menunda pembicaraan dengan mengalihkan persoalan. Nah kita, di republik ini juga itu yang terjadi.  Orang gak mau dikritik, kalau gak mau dikritik mestinya dia bertahan dari kritik. Bukan membalikkan persoalan, memang solusinya apa? 

 

Hari ini yang sedang berlangsung adalah kritik kepada pemerintah. Saya beri pembahasan dulu ya, supaya kita panaskan fikiran. Lalu semua orang bilang, bisanya cuman kritik, bisanya cuman nyinyir, bisanya cuman julid. Juli pakai t di belakang, atau pakai d di belakang? julid jualan lidah, asal ngomong lho. Sebagai contoh misalnya Birokrasi atau negara menganggap kritik itu mengganggu jalanya pembangunan. LALU para pendukung rezim, mengatakan bahwa iya kan presiden telah dipilih secara demokratis, karena itu jangan dikritik. Lalu kalau kita tanya, demokrasi apa? demokrasi artinya menjalankan kekuasaan yang diberikan oleh rakyat, dan mempertanggung jawabkan kembali kepada rakyat. Jadi pulang perginya adalah rakyat. BERAPA LAMA? ada yang 4tahun, ada yang 5tahun. Kalau kita simpulkan bahwa demokrasi itu mengevaluasi mandat itu setiap hari, agar supaya lima tahun itu bener2 sempurna, maka jangan mengkritik, artinya jangan berdemokrasi. Karena kritik itu justru tune in dengan demokrasi. Kata teknisnya adalah oposisi. Tapi kalau oposisi tidak dikenal di Indonesia. Kalau tidak ada oposisi berarti jangan pakai demokrasi. Jadi adanya inkonsistensi di dalam penalaran. Kita dalam sistem kerajaan, kita lalu melihat konsistensi di dalam berdalil tidak bisa dipertahankan. 

 

Suasana masyarakat itu TIDAK dialiri oleh pertukaran ide -Karena literasi artinya pertukaran ide, maka kritisisme tak mungkin diaktifkan. Literasi hanya disebut literasi, bila dia menghasilkan pertukaran ide. Anda habis baca novel, tulis di facebook, ada orang yang menanggapi, itu literasi. Tapi kalau anda baca sendiri, udahlah saya nikmati sendiri, itu bukan literasi. Nonton film, terus anda mereview film, itu literasi. Jadi semakin kita bertransaksi di dalam ide, maka disitu ada literasi. Jadi kalau misalnya presiden, bikin teka teki. Dan teka teki itu jawabanya adalah multiple choice, pasti tidak ada literasi. Karena orang akan pilih. Jadi kita lihat bahwa duel argumen tidak mungkin terjadi bahwa literasi itu tidak mungkin diedarkan pada edukasi. Karena itu kita sebut itu kuis yang edukatif, kalau misalnya anda kasih kritik tentang itu. Kan setelah itu dikasih buku, setelah sepeda. Bukan hadiahnya, kuisnya itu tidak menimbulkan percecokan pikiran.  Jadi lihat beberapa kali,  


Apa itu BIAS di dalam Kognisi, atau Ada fanatisme.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Korupsi dan Penjajahan | Catatan Guru Gembul

  Saya kemarin cerita ke murid2 saya di sekolah , cerita bahwa di Indonesia KORUPSI itu susah untuk diberantas. Misalkan PAK SAMBO divonis sekian tahun penjara. Siapa yang membuktikan? bahwa nanti dia akan tetap tinggal di penjara? saya katakan seperti itu. Mungkin aja dia ganti identitas, terus dia pindah pulau, pindah negara, dan sebagainya. Atau malam2 bisa keluar, kan pernah ada kejadian yang seperti itu. Karena ada contohnya, ada berita yang keluar.    Kan misalkan begitu, ini mah kan hayalan. Kan misalkan begitu...   Putus Asa . Saya katakan, jadi kalau misalkan kita mau memberantas soal korupsi, kita gak bisa bilang bahwa hukuman mati buat koruptor dan sebagainya. Gak sesederhana itu, saya jelaskan bahwa KORUPSI itu begini, begini, begini. Kemudian saya tanya , sebagai guru kan, setelah saya ajukan masalahnya. Kira2 menurut kalian, apa solusinya? Mereka itu kompak jawabnya, pak sudahlah pak, jangan bahas yang kayak gini terus. Kalau misalkan kita mau maju, kita undang lagi pemer

Masalah Pendidikan - Catatan Guru Gembul

  Guru Gembul . Berikan tepuk tangan untuk Bang guru gembul. Emang tinggal di Bandung?  Tinggal di Bandung, saya kan? orang Bandung.  Kirain sudah berkarir di Jakarta.. Saya itu dulu suka main PS. Jadi si avatarnya di dalam PS itu kalau bikin  orang gitu, buat diberantem2in, itu namanya GEMBUL apa gitu. Sedangkan  Gurunya karena guru?  Gurunya  karena saya profesinya  dalam tanda kutip ya, adalah  guru. Sampai sekarang masih mau ngajar?  MASIH..kemarin aja saya ngajar di sekolah.  Tapi itu tetap seperti guru-guru di SD Negeri atau apa? atau gimana? Guru honor  tidak tetap sih. Guru Honor, spill donk... gaji berapa sih? guru honor sekarang berapa?    Iya sekitar 900ribu sampai sejutaan, sebulan. K alau yang temen-temen saya itu bisa sampai 150.000  ada yang 200ribu. Ada juga yang bertahun2 gak dapat? jadi ikhlas aja makanya ya?  Sensasi . Makanya di sini tuh di negeri kita tuh.. Jadi ada orang-orang yang cari sensasi bikin kerusakan moral dan  lain-lain itu gajinya gede banget. Guru tu

Banjirnya Ilmu Pengetahuan | Catatan Guru Gembul

  Disklaimer Ini adalah transkrip dari youtube perbincangan Helmi Yahya dengan Guru Gembul. Jadi kalau mau melihat lebih lengkap, bisa langsung saja ke sumber perbincanganya.    Zaman Media . Sekarang itu zaman media. Jadi kalau misalnya (ada pertanyaan) Pengetahuanya darimana? Itu sebenarnya pertanyaan kurang relevan untuk zaman sekarang. Karena kita (untuk) mengetahui / akses untuk mendapatkan informasi itu banyak sekali kan? (Untuk Zaman) Sekarang pertanyaan yang paling utama BUKAN Darimana kalian mendapatkan Pengetahuan?  Tetapi darimana? (kita mengetahui bahwa) Pengetahuan itu BENAR, Pengetahuan itu bisa DIVERIFIKASI.   Kurasi menjadi penting?  kegiatan mengelola benda-benda dalam ekshibisi di museum atau galeri Iya itu penting. Kan kalau misalkan dalam metodologi ilmu itu, setelah kita mengumpulkan sebanyak mungkin sumber, kita mampu mengkritik sumber itu. Nah kita sekarang, di zaman digital, di zaman cyber, di zaman yang entah namanya apa ini? yang setiap sepuluh tahun itu namp