Filsafat yang kita ambil dari pelajaran Imam Al Bukhori.
Banyak tentu saja kalangan yang menyatakan bahwa Imam Bukhori TIDAK MUNGKIN mengajarkan filsafat. Begitupun sebaliknya, ahli filsafat TIDAK MUNGKIN mengajarkan hadits. Karena dua (hal ini) memiliki bidang yang sangat berbeda /Pendekatan yang sangat berbeda.
Ahli hadits itu berfikir soal teks, sedangkan FILUSUF memiliki kebebasan berfikir. Tetapi itu terlalu menyederhanakan. Sebenarnya kalau mau dikulik, sebagian besar dari ushul fiqh yang kita kenal sekarang, itu adalah akal, dan tidak ada masalah, karena memang Al Quran sendiri mengharuskan manusia untuk berfikir. Bahkan Al Quran merupakan kitab suci bagi orang2 yang mau? berfikir.
Nah berfikir itu, kalau dia mengikuti alur2 yang sudah benar, maka itu disebutnya FILSAFAT. Maka Al Quran ini secara tidak langsung mendorong manusia untuk berfilsafat. Makanya filosof2 muslim, itu sangat keranjingan terhadap dunia filsafat, di zaman kejayaanya. Dan agama2 yang lain biasanya takut dan khawatir, kalau harus membahas filsafat.
Nah sekarang kita akan membahas, bahwa dalam kajian Imam Bukhori sekalipun. Imam ini adalah imam yang menggunakan filsafat dalam metodologi Mukhtarohul haditsnya.
----
Baraya kita bahas dulu tentang ushul fiqh. Karena cara2 untuk memahami hadits, itu diawali dengan cara2 untuk memahami Fiqh. Ilmu ini ditemukan/dibukukan oleh Imam Asy Syafi'i. Jadi Imam Asy Syafi'i itu ahli fiqh, juga sekaligus ahli hadits pula.
Sebelum Imam Asy Syafi'i, hadits itu hanya dihafal, diingat2 teksnya. Sebelumnya sudah ada, ilmu kritik hadits itu, sedikit2 dari para ulama. Nah menjadi metodologi tersendiri itu pas zaman Imam Asy Syafi'i. Kemudian Imam Asy Syafi'i mengajarkanya kepada Imam Ahmad. Sehingga Imam Ahmad sampai pernah menyatakan, saya hanya hafal soal Al Quran dan Hadits, soal nasakh mansukh, saya tidak hafal sama sekali, sebelum bertemu dengan Imam Asy Syafi'i, begitu.
Nah.. Ahmad bin Hanbal ini kemudian menjadi salah satu diantara ribuan guru Imam Al Bukhori. Maka Imam Al Bukhori ini dalam menyusun/menyeleksi hadits, itu menggunakan kaidah ushul2 fiqh. Dan Kaidah Ushul fiqh yang menjadi ilmu kritik hadits ini kemudian menjadi bener2 bulat terpatok di zaman Imam Al Bukhori. Sehingga Imam Al Bukhori menjadi patokan bagi Imam2 hadits sesudahnya. Apa sesungguhnya ilmu kritik hadits itu? tidak lebih dari bagian dari filsafat. Tidak lebih dari bagian metodologi ilmiah.
SKEPTISISME
Contoh dari metodologi ilmiah dari ilmu hadits Imam Al Bukhori yang paling utama dan paling penting itu adalah skeptis. Skeptis itu adalah kita ragu, dalam artian, kita tidak percaya. LEBIH baik tidak mempercayai sebuah berita, daripada mempercayainya tanpa bukti. Inilah yang namanya skeptis. Jadi kalau ada orang ngomong, oh langit itu gini, langit itu gitu. Orang2 skeptis itu tidak mau langsung mau percaya tentang itu. Ah...masak? buktikan dulu, pembuktianya minimal dengan pembuktian indrawi. Imam bukhori, menyeleksi hadit itu dengan skeptis dulu. Ketika mendapatkan sebuah hadits, Imam Al Bukhori adalah... saya tidak percaya. Mana orangnya, kemudian ditelusur, diselidiki, diverifikasi. Nah.... menyelediki, memverifikasi, dan sebagainya, itu muncul dari skeptis. Skeptis itu adalah jiwa filosof. Tidak percaya tanpa bukti. Maka saya ambil contoh sebagai berikut baraya.
Sekarang di Youtube, banyak sekali chanel2, orang2 yang menampilkan sebuah informasi tanpa menunjukkan wajahnya, tanpa menunjukkan identitasnya. Boleh.. kalau itu konteksnya hiburan, Boleh kalau itu kontenya adalah hal2 yang lucu2an. Tapi kalau tentang hal2 ilmiah itu boleh?
Komentar
Posting Komentar