Terorisme itu tidak pernah kita identikkan dengan islam. Tidak pernah menyematkan dibelakangnya dengan subjek islam atau primordial keterkaitan seseorang di dalam sebuah kelompok atas dasar ikatan kekerabatan, adat istiadat, dan suku bangsa apapun.
Terorisme disini adalah berdiri sendiri, artinya begini.
Mungkin kita sepakat, terorism has no religion, jelas. Kalaupun Densus kemudian memerangi terorisme, BUKAN berarti densus memerangi islam.
Jangan kemudian ketika densus menangkap teroris, ada kemudian tokoh islam bicara. Jangan perangi, jangan tangkap, jangan hanya islam saja, itu KKB papua, jangan begitu. Justru yang menyeret paksa terorisme itu justru kita, yang islam2 ini. Padahal kita sepakat bahwa teroris itu tidak ada agamanya. Islam jelas, dan agama apapun, cuma kita tidak bisa menutup mata, kalau di dalam islam itu punya Muhammad Quthub, Aiman Adz Dzowahiri, artinya ini adalah penyimpangan tafsir di dalam islam.
Aksi2 kekerasan, violence extremism, yang kemudian mengatasnamakan islam, ini jelas harus kita bedakan, antara islam dengan oknum islam, yang menunggangi islam sebagai alat untuk menakhlukkan orang lain, membenci orang lain, dan mengerasi orang lain.
Tidak ada kejadian dehumanistik yang dilakukan oleh densus, selama ini kecuali situasi overmach..seperti kejadian di makasar misalnya, ini permasalahan hidup dan mati. Tapi selebihnya adalah yang kita perhatikan adalah yang ketika menangkap densus itu, tapi sebetulnya prosesnya bukan disitu, tapi prosesnya ketika ada reintegrasi, ada deradikalisasi ketika mereka ada di dalam penjara. Saya dihibahkan oleh densus disitu, untuk bisa membangun intimasi sosial, diskursus keilmuan, kontra ideologi
Video bisa kalian saksikan disini temen2...
Komentar
Posting Komentar